Artikel

Asal-Usul Rumput Mei di Wamena: Keindahan Alam yang Menjadi Ciri Lembah Baliem

Wamena, Papua Pegunungan — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua Pegunungan turut menyoroti kekayaan alam dan budaya lokal yang menjadi identitas masyarakat wilayah pegunungan tengah, salah satunya adalah fenomena Rumput Mei yang tumbuh indah di Lembah Baliem, Wamena.

Rumput Mei dikenal luas karena warna ungunya yang khas yang muncul setiap bulan Mei. Namun, menurut berbagai sumber dan tokoh masyarakat bahwa tanaman ini tidak berasal dari Wamena, melainkan merupakan spesies introduksi yang diperkirakan mulai tumbuh di daerah tersebut antara tahun 1970 hingga 1980-an.

Dua Teori Asal-Usul

Terdapat dua teori utama yang menjelaskan bagaimana bibit Rumput Mei pertama kali masuk ke Wamena:

  1. Transmisi dari Luar Wamena
    Sebelum tahun 1970-an, vegetasi di Lembah Baliem hanya terdiri atas tanaman lokal. Tidak ada catatan mengenai rumput berwarna ungu seperti Rumput Mei, sehingga masyarakat meyakini bahwa tanaman ini dibawa dari luar wilayah.
  2. Dibawa oleh Misionaris Belanda
    Tokoh masyarakat Yusuf H. Molama dan Papson Hilapok menyebut bahwa bibit Rumput Mei dibawa oleh para misionaris Belanda saat membangun pos pelayanan di Lembah Baliem. Tanaman itu diduga termasuk di antara spesies yang diperkenalkan oleh misionaris untuk keperluan estetika maupun praktis.
  3. Terangkut di Roda Pesawat Kecil
    Menurut Pater Frans Lishout, “bibit Rumput Mei kemungkinan besar terbawa oleh roda pesawat kecil seperti Cessna yang sering mendarat di lapangan terbang pedalaman Papua. Tanah lembab dan biji tanaman yang menempel di roda pesawat dapat menyebabkan penyebaran alami ketika pesawat berpindah lokasi”.

Penyebaran rumput ini di Lembah Baliem Wamena, Rumput Mei tumbuh dengan cepat di lahan bekas kebun, padang rumput, dan pinggir jalan, lalu menyebar luas ke berbagai wilayah Lembah Baliem. Dalam waktu singkat, tanaman ini menggantikan sebagian vegetasi asli dan menjadi pemandangan khas setiap bulan Mei.

Makna dan Filosofi Lokal

Rumput ini dinamakan “Rumput Mei” karena bunga ungunya hanya mekar pada bulan Mei, khususnya antara tanggal 5–14 Mei. Dalam bahasa Huwuula, tanaman ini disebut Owasi-owasika, yang berarti “rumputatau  bunga yang harum”.
Secara etimologis kata owa berarti dirinya/padanya. owasi berarti bau/harum. eka berarti daun. Jadi rumput daunnya berbauh.

Aspek nilai keindahan, masyarakat juga meyakini Rumput Mei memiliki kegunaan tradisional, antara lain: untuk menyembuhkan bayi yang sakit, bungkus pisang menta agar masak dan alas pagar atau atap rumah

Penutup

Fenomena Rumput Mei tidak hanya memperindah alam Lembah Baliem, tetapi juga menjadi simbol harmoni antara alam dan budaya masyarakat Wamena. Dengan demikian KPU Provinsi Papua Pegunungan mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan lokal, termasuk fenomena alam seperti Rumput Mei, sebagai bagian dari warisan budaya daerah yang memperkuat jati diri Papua Pegunungan.

Ditulis Oleh

Papson Hilapok

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 10 kali