Artikel

Hymne Guru: Lirik Lengkap, Sejarah, Makna, dan Profil Penciptanya

Wamena - Lagu Hymne Guru merupakan salah satu lagu wajib nasional yang selalu dinyanyikan pada momen-momen penting dunia pendidikan di Indonesia, terutama pada Hari Guru Nasional setiap 25 November.

Lagu ini memiliki kedudukan istimewa karena menggambarkan penghargaan yang begitu tinggi terhadap guru sebagai pendidik bangsa dan “pelita” yang menerangi jalan generasi penerus.

Diciptakan pada awal tahun 1980-an oleh Sartono, seorang guru seni musik honorer yang berdedikasi, Hymne Guru tidak hanya menyentuh emosi para pendengarnya, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terhadap profesi pendidik.

Lagu ini digunakan sebagai lagu resmi dalam banyak kegiatan pendidikan, termasuk acara peringatan Hari Guru Nasional yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun PGRI.

Artikel ini menguraikan secara komprehensif mengenai lirik lengkap, sejarah penciptaan, makna mendalam dalam setiap bait, profil penciptanya, perubahan lirik versi terbaru, serta latar belakang mengapa lagu ini sangat penting dalam dunia pendidikan Indonesia.

Baca juga: Mars PGRI: Sejarah, Lirik, dan Makna Lagu Kebanggaan Guru Indonesia 

Lirik Lengkap Hymne Guru

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
S'bagai prasasti t'rima kasihku 'tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia

(Versi lama pada bagian akhir memakai frasa “tanpa tanda jasa”)

Sejarah Terciptanya Hymne Guru

Hymne Guru lahir pada perlombaan cipta lagu bertema pendidikan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (kini Kemendikbudristek) untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 1980. Dari ratusan karya yang masuk, lagu karya Sartono ini menjadi pemenang dan kemudian ditetapkan sebagai lagu wajib nasional pada tahun 1987.

Lagu ini diberi judul asli “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, mencerminkan penghargaan mendalam atas dedikasi guru Indonesia. Sejak saat itu, Hymne Guru menjadi lagu yang wajib dinyanyikan pada peringatan Hari Guru Nasional (25 November)—tanggal yang juga merupakan hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945.

Profil Pencipta Hymne Guru: Sartono

Sartono lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 29 Mei 1936. Ia bukan lulusan sekolah musik formal, namun memiliki bakat besar yang dipelajari secara otodidak.

Beberapa poin penting perjalanan hidupnya:

  • Putus sekolah pada kelas dua SMA dan bekerja di perusahaan rekaman Lokananta.
  • Bergabung dalam grup musik keroncong TNI AU di Madiun.
  • Mengabdikan diri sebagai guru seni musik honorer di SMP Katolik Santo Bernardus, Madiun hingga pensiun.
  • Mampu membaca not balok secara otodidak pada tahun 1978.
  • Banyak menggubah lagu, termasuk delapan lagu bertema pendidikan lainnya.
  • Menciptakan nada Hymne Guru hanya dengan modal siulan karena keterbatasan alat musik.
  • Meninggal dunia pada 1 November 2015 dalam usia 79 tahun.

Atas kontribusinya, Sartono menerima berbagai penghargaan dari pemerintah, termasuk dari Mendiknas Yahya Muhaimin pada tahun 2000 dan 2005.

Baca juga: Hari Guru Nasional: Sejarah, Makna, dan Cara Apresiasi

Makna Lagu Hymne Guru

Hymne Guru mengangkat nilai pengabdian guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dalam mencerdaskan anak bangsa. Setiap bait lagu ini memiliki makna mendalam:

1. Bait Pertama: Penghormatan dan Keabadian Jasa Guru

“Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru...”
Bait ini menegaskan bahwa jasa guru akan selalu dikenang sepanjang hidup murid-muridnya. Guru menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup generasi muda.

2. Bait Kedua: Pengabdian yang Diukir dalam Hati

“Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku...”
Lirik ini menunjukkan bahwa segala jerih payah dan pengorbanan guru tidak akan pernah hilang. Ia akan menjadi prasasti—simbol terima kasih yang abadi.

3. Bait Terakhir: Guru sebagai Pelita Bangsa

“Engkau sebagai pelita dalam kegelapan...”
Guru diibaratkan pelita yang membawa pencerahan, embun bagi kehausan ilmu, serta patriot yang membangun bangsa melalui pendidikan.

Setiap kata dalam lagu ini menggambarkan guru sebagai sumber ilmu, inspirasi, dan pembangun jiwa-jiwa muda yang kelak menjadi generasi penerus bangsa.

Perubahan Lirik Hymne Guru: Versi Lama dan Versi Baru (2006)

Tidak banyak yang tahu bahwa Hymne Guru mengalami perubahan lirik pada tahun 2006, khususnya di bagian penutup. Perubahan tersebut kemudian ditegaskan melalui Surat Edaran PGRI Nomor 447/Um/PB/XIX/2007.

Perubahan Lirik:

Sebelum:
“Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa”

Sesudah:
“Engkau patriot pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia”

Alasan perubahan:

  • Frasa “tanpa tanda jasa” dinilai merendahkan martabat profesi guru.
  • “Pembangun insan cendekia” dianggap lebih mulia dan mencerminkan peran besar guru dalam mencetak generasi berprestasi.

Perubahan ini sekaligus mempertegas bahwa profesi guru memiliki kehormatan tinggi dan pengaruh besar terhadap masa depan bangsa.

Baca juga: Kapan Hari Guru Nasional 2025: Ini Sejarah, dan Bedanya dengan World Teachers Day

Hymne Guru dalam Peringatan Hari Guru Nasional

Hymne Guru dinyanyikan pada:

  • Upacara Hari Guru Nasional (25 November).
  • Perayaan HUT PGRI.
  • Acara sekolah.
  • Upacara resmi instansi pendidikan.
  • Lomba-lomba paduan suara.

Dengan tempo lambat (maestoso) dan nada dasar C, lagu ini membawa suasana yang khidmat, agung, dan penuh penghormatan.

Hymne Guru bukan sekadar lagu wajib nasional—ia adalah bentuk penghormatan mendalam bangsa Indonesia terhadap para guru yang mengabdikan hidupnya demi mencerdaskan generasi penerus.

Melalui bait-bait yang puitis dan penuh makna, lagu ini mengingatkan kita bahwa guru adalah pelita yang memandu dalam kegelapan, embun yang menyejukkan dalam kehausan ilmu, serta patriot yang membangun insan cendekia.

Warisan Sartono ini terus hidup dan akan selalu dinyanyikan dari generasi ke generasi sebagai ungkapan terima kasih yang tak berkesudahan kepada para guru Indonesia. (GSP)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 19 kali