Politik Bukan Musuh: Membangun Kesadaran Politik Anak Muda Papua
Wamena — Di sebuah honai kecil di lembah Jayawijaya, seorang anak yang sedang menginjak masa remaja bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, “Kak, politik tu memang cuma urusan orang di kota-kota besar saja kah?” Pertanyaan sederhana itu seketika cukup membuat suasana hening. Bukan karena pertanyaan yang ia lontarkan lucu atau konyol, justru karena pertanyaan ini menjadi tanda tanya besar yang sebenarnya sudah sering terdengar dari anak-anak muda di Papua Pegunungan. Apakah bisa langsung dijawab? Tentu saja setelah pertanyaan ini banyak sekali perenungan dan refleksi untuk diri masing-masing. Karena sesungguhnya dibalik pertanyaan yang “sederhana” ini, ada suatu perasaan yang terpendam di dalam hati anak-anak muda Papua bahwa mereka merasa politik adalah sesuatu hal yang jauh dari jangkauan mereka. Politik dianggap sebagai sesuatu hal rumit, elit, eksklusif yang tidak bisa mereka sentuh di kehidupan sehari-hari mereka.
Anak-anak muda Papua seharusnya mendapatkan kemudahan akses untuk pengetahuan politik mereka. Karena di balik keputusan-keputusan politik itulah yang menentukan kualitas sarana prasarana sekolah dan lembaga pendidikan, infrastruktur jalanan yang mereka lewati, hingga masa depan pembangunan sosial dan ekonomi di tanah Papua Pegunungan. Cerita singkat di atas menjadi pengingat bahwa pendidikan politik bukan hanya soal mengenalkan aturan pemilu, tetapi membangun kesadaran bahwa suara anak muda Papua Pegunungan memiliki arti dan kekuatan nyata bagi tanah Papua Pegunungan.
Mengapa Politik Penting Bagi Generasi Muda Papua?
Anak-anak muda sebagai generasi penerus di tanah Papua Pegunungan memegang peran strategis untuk menentukan masa depan daerah Papua Pegunungan. Di banyak kampung hingga kota-kota di Papua Pegunungan, anak muda menjadi kelompok terbesar yang aktif bergerak, berpendapat, dan terlibat dalam dinamika sosial di Tanah Papua Pegunungan. Berikut alasan mengapa pendidikan politik penting bagi generasi muda Papua, antara lain;
- Politik memiliki dampak langsung pada seluruh aspek kehidupan masyarakat Papua Pegunungan termasuk didalamnya anak-anak muda Papua Pegunungan. Karena itu, melek terhadap politik menjadi urgensi bagi generasi muda Papua Pegunungan. Pemahaman yang tepat terhadap politik bisa membuat anak-anak muda Papua Pegunungan untuk turut mengawal kebijakan.
- Pemahaman matang terhadap politik juga membuat anak-anak muda Papua Pegunungan dapat menentukan dan memilih pemimpin yang berpihak rakyat, dengan mendorong perubahan nyata di komunitas sosial yang ada di daerah Papua Pegunungan. Keterlibatan aktif anak muda bukan sekadar untuk menuntut hak politik individu, namun sebagai kunci agar wilayah Papua Pegunungan tumbuh dengan arah yang sesuai dengan aspirasi masyarakat Papua Pegunungan.
Tantangan Khusus & Solusi Kreatif
Upaya meningkatkan pendidikan politik di tanah Papua Pegunungan bukan perkara yang mudah dan sederhana. Berikut beberapa tantangan pendidikan politik di tanah Papua Pegunungan;
- Kendala geografis, dimana wilayah Papua Pegunungan yang didominasi pegunungan, lembah curam, dan akses transportasi yang terbatas membuat informasi termasuk informasi mengenai politik tidak mudah menjangkau seluruh wilayahnya. Banyak distrik yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam, sehingga sosialisasi pendidikan politik tidak bisa selalu merata.
- Keterbatasan akses informasi juga menjadi tantangan besar. Tidak semua wilayah di tanah Papua Pegunungan memiliki jaringan telekomunikasi yang stabil. Akibatnya, persebaran pesan mengenai hak pilih, prosedur pemilu, hingga jadwal tahapan seringkali terlambat diterima oleh masyarakat. Tingkat literasi politik pun masih perlu diperkuat, terutama di daerah-daerah yang lebih mengandalkan komunikasi lisan dengan tradisi adat yang masih kental.
- Isu mengenai sosial budaya juga menjadi tantangan tersendiri terhadap pendidikan politik di tanah Papua Pegunungan. Masyarakat di Papua Pegunungan memiliki struktur adat yang kuat, sehingga proses edukasi politik harus dilakukan dengan tetap memberikan penghormatan kepada tokoh adat, gereja, dan tatanan sosial lokal. Pendekatan pendidikan politik yang tidak sensitif terhadap budaya akan sulit diterima oleh masyarakat setempat.
Oleh karena itu, berbagai solusi kreatif mulai muncul. Saat ini, pendidikan politik banyak dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas, dengan melibatkan tokoh adat, gereja, perempuan, dan pemuda sebagai jembatan informasi. KPU di tingkat provinsi hingga Kabupaten turut memperkuat peran mereka melalui program pendidikan pemilih yang lebih adaptif. Berikut beberapa upaya agar pendidikan politik terdistribusi merata, antara lain;
- Di sejumlah daerah di wilayah Papua, anak muda yang menjadi inisiator gerakan kreatif seperti video pendek berbahasa daerah, infografis sederhana, hingga konten edukatif lewat media sosial lokal. Dialog budaya juga menjadi metode yang efektif. Sosialisasi mengenai pendidikan politik dikemas dalam diskusi ringan menggunakan cerita, simbol adat, atau pertemuan komunitas yang lebih akrab dengan keseharian warga.
- Pendekatan yang mengutamakan pertemuan tatap muka dan kolaborasi antar stakeholder. Misalnya pendekatan door to door, kelas pemilu di sekolah, hingga kerja sama dengan lembaga keagamaan dilakukan untuk memastikan informasi pemilu benar-benar menjangkau masyarakat.
- Mengkombinasikan antara pendekatan budaya, kreativitas anak muda, hingga dukungan kelembagaan membuat pendidikan pemilih di Papua Pegunungan terus berkembang. Meski tantangannya tidak kecil, berbagai inovasi lokal menunjukkan bahwa literasi politik dapat tumbuh kuat jika dilakukan dengan cara yang menghormati identitas dan realitas masyarakat setempat.
Baca juga: Pemilih Pemula SMA 1 Kenyam, Kabupaten Nduga Menerima Sosialisasi Pilkada Serentak 2024
Success Stories Pemuda Papua
Di tengah berbagai tantangan pembangunan di tanah Papua Pegunungan, sejumlah anak muda Papua Pegunungan telah membuktikan bahwa suara dan tindakan mereka mampu membawa perubahan nyata. Berikut beberapa inisiasi pemuda Papua untuk meningkatkan literasi politik di tanah Papua Pegunungan, antara lain;
- Komunitas Lumi Wamena, kelompok diskusi yang dibentuk oleh Yosia Wetipo, pemuda asal Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Berawal dari pertemuan kecil di halaman rumah, komunitas ini berkembang menjadi ruang belajar politik yang diikuti puluhan pelajar, mahasiswa, hingga mama-mama (sebutan untuk ibu-ibu di Papua). Melalui sesi dialog ringan dan lokakarya mini, mereka berhasil meningkatkan pemahaman warga tentang proses pemilu dan pentingnya partisipasi aktif. Pada Pemilu terakhir, beberapa kampung binaan mereka mencatat kenaikan partisipasi pemilih hingga belasan persen dibanding periode sebelumnya.
- Gerakan Anak Muda Holok Yet, bergerak di sisi advokasi isu publik. Merupakan hasil inisiatif kuat dari Maria Lanny Tabuni, seorang mahasiswi yang selama ini vokal mengenai isu pendidikan. Komunitas ini rutin mengadakan kampanye publik mengenai pentingnya akses pendidikan politik bagi remaja, termasuk membuat kelas “Demokrasi di Lapangan” yang mengajak anak muda memahami isu-isu daerah mulai dari layanan kesehatan hingga infrastruktur dasar. Hasilnya, beberapa sekolah dan gereja mulai membuka ruang khusus bagi pendidikan pemilih pemula.
- Studio Kolipat Papua, kolektif seni yang diprakarsai Davin Wenda. Gerakan ini memanfaatkan musik, mural, dan video pendek sebagai media edukasi. Karya-karya mereka, yang seringkali menampilkan simbol budaya lokal. Karya-karya mereka berhasil menjangkau anak-anak muda yang selama ini sulit dijangkau dengan pendekatan sosialisasi yang menggunakan model formal. Salah satu video kampanye mereka tentang pentingnya ikut pemilu mencapai ribuan tayangan di platform lokal, tentu saja hal ini memantik dibukanya ruang diskusi publik yang positif.
Kisah-kisah kesuksesan anak-anak muda di tanah Papua ini menunjukkan bahwa perubahan tidak selalu berangkat dari ruang-ruang formal. Bisa juga muncul dari inisiatif dan kreativitas yang lahir dari ide-ide organik anak-anak muda Papua Pegunungan, kemauan untuk berkumpul, dan kepedulian terhadap masa depan Papua Pegunungan. Mereka menjadi bukti bahwa ketika pemuda diberi ruang untuk terlibat, demokrasi tidak hanya menjadi wacana, tetapi gerakan nyata yang hidup dalam komunitas.
KPU Papua Pegunungan Perkuat Pendampingan Pendidikan Politik bagi Anak Muda
Dalam beberapa kesempatan, KPU Provinsi Papua Pegunungan menekankan pentingnya memahami proses pemilu, hak memilih, hingga cara berpartisipasi yang aman dan bertanggung jawab. Pendekatan saat membayang digunakan saat membawakan materi pendidikan politik dibuat sederhana dan relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi muda, agar mudah dipahami. KPU Provinsi Papua Pegunungan bekerja sama dengan sekolah, perguruan tinggi, serta kelompok pemuda di tanah Papua Pegunungan untuk memastikan informasi mengenai pendidikan politik dapat diterima seluas mungkin. Melalui dialog, diskusi terbuka, hingga metode kreatif seperti pentas seni dan campaign di media sosial, anak muda diharapkan dapat melihat bahwa politik dan pemilu bukan hanya sebagai rutinitas lima tahunan, tetapi sebagai ruang menentukan masa depan Indonesia.
Dengan pendampingan ini, KPU Provinsi Papua Pegunungan berupaya memastikan bahwa anak muda di tanah Papua Pegunungan tidak hanya hadir sebagai pemilih yang pasif terhadap politik, tetapi juga sebagai generasi penerus yang paham betul mengenai peran strategisnya dalam menjaga nilai-nilai demokrasi di Tanah Papua Pegunungan.