Berita Terkini

Setia Menjaga Pesan Orang Tua: Kisah Berandus Rindu Sekolah di Papua Pegunungan

KPU Papua Pegunungan— Berandus Gombo, anak usia 10 tahun asal Distrik Yalengga, belum pernah menginjak bangku sekolah, meski selalu mendengar janji dari orang tuanya. Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan sumber daya, kisahnya mencerminkan realitas pendidikan di pedalaman Papua Pegunungan bahwa pendidikan menjadi urgen demokrasi pada usia dini.

Di lembah Asudogu, Distrik Yalengga, Kabupaten Jayawijaya, tinggal seorang anak bernama Berandus Gombo. Lahir pada tahun 2015 (usia 10 tahun). Berandus belum pernah bersekolah dan belum mampu membaca. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara, dari istri kelima suami ibunya, yang memiliki total 36 anak. Karena situasi keluarga dan keterbatasan ekonomi, perhatian kepada Berandus dan saudara-saudaranya sangat terbatas. (Papson Hilapok)

“Ibu saya selalu bilang nanti bapa kasi masuk sekolah SD di kampung, karena di kota Wamena banyak kendaraan dan bisa lintas mobil” ujar Berandus saat ditemui di Hom-Hom.

Meski janji itu belum dipenuhi, Berandus tetap menyimpan harapan besar untuk bisa bersekolah, belajar membaca dan menulis seperti teman-temannya. Ia tetap setia menjaga pesan orang tua  bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan pendidikan yang layak.

Realitas Pendidikan Papua Pegunungan hampir semua. Di banyak wilayah pedalaman Papua Pegunungan, layanan pendidikan dasar masih sulit dijangkau. Faktor-faktor seperti medan berat, jalan rusak, jarak antardusun, rendahnya ketersediaan guru, hingga minimnya sarana dan prasarana sekolah menjadi hambatan serius.

Kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedalaman masih nyata. Untuk itu, penyediaan akses pendidikan yang adil dan berkualitas menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa, terutama penyelenggara negara dan masyarakat lokal.

Pendidikan sebagai Penopang Demokrasi. Artinya pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga medium pembentukan karakter warga negara. Ketika anak-anak diajarkan sejak dini tentang kejujuran, tanggung jawab, menghargai perbedaan, dan partisipasi, maka fondasi demokrasi menjadi lebih kokoh.

KPU, sebagai lembaga penyelenggara demokrasi, memiliki peran strategis dalam mengintegrasikan pendidikan pemilih sejak usia dini. Lewat program sosialisasi ke sekolah-sekolah, edukasi hak dan kewajiban, serta forum diskusi siswa. Generasi muda tidak hanya menjadi pemilih pasif, tetapi pemilih yang sadar dan bertanggung jawab.

“Pendidikan pemilih pemula berpijak dari usia dini karena kesadaran berdemokrasi tumbuh dari kebiasaan kecil yang ditanam sejak anak-anak,” ungkap Agus Filma, Sekretaris KPU Provinsi Papua Pegunungan.

Melalui pendidikan demokrasi sejak awal, harapannya: setiap anak Papua, termasuk Berandus, tumbuh menjadi warga negara cerdas, berkarakter, dan siap menyuarakan haknya dalam pemilu mendatang.

Dengan demikian KPU Provinsi Papua Pegunungan berkomitmen memperkuat penyelenggaraan pendidikan demokrasi dan mendukung upaya pemerintah di bidang pendidikan dasar di pelosok Papua Pegunungan. Kisah Berandus Gombo menjadi refleksi sekaligus panggilan bersama agar tak ada anak Papua yang tertinggal jauh dari bangku sekolah supaya demokrasi tumbuh dari akar budaya dan harapan setiap anak.

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 7 kali