Artikel

Dominee I. S. Kijne: Pendidik Papua yang Menyalakan Semangat Kebangsaan

Wamena  — Nama Dominee (Pendeta) Isack Samuel Kijne mungkin tidak asing di telinga masyarakat Papua, khususnya bagi mereka yang mengenal sejarah awal pendidikan di Tanah Papua. Lahir di Belanda pada 25 Mei 1899 dan wafat di Papua pada 25 Oktober 1970, Kijne bukan sekadar seorang misionaris, melainkan sosok pendidik visioner yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, dan cinta tanah air di tengah masyarakat Papua. Warisan pemikirannya hingga kini tetap relevan, terlebih di momen peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Baca juga: Tugu Salib Wio Silimo di Wamena Ikon Provinsi Papua Pegunungan

Menyalakan Cahaya Pendidikan di Tanah Papua

Dominee Kijne datang ke Papua pada awal abad ke-20 sebagai utusan zending Protestan Belanda. Ia memulai pelayanannya di Pulau Mansinam, Manokwari, kemudian pindah ke Serui dan mendirikan Sekolah Guru Kristen (Normaalschool) di Miei pada tahun 1925.
Sekolah ini menjadi tonggak lahirnya generasi pemimpin Papua, seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare, dan Marthen Indey — tokoh-tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan dan integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Melalui pendidikan, Kijne menanamkan nilai-nilai moral universal yang sejalan dengan Pancasila, terutama sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Bagi Kijne, pendidikan bukan sekadar pengetahuan, melainkan proses membentuk hati dan budi agar manusia hidup tidak untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Tuhan dan sesamanya.

Baca juga:  Suku Dani: Suku Tertua di Lembah Baliem yang Masih Lestarikan Tradisi Leluhur

Inspirasi Nilai Sumpah Pemuda di Tanah Papua

Meski bukan putra Indonesia, Dominee Kijne dikenal memiliki semangat nasionalisme yang kuat. Ia mengajarkan murid-muridnya untuk mencintai tanah kelahiran dan menghargai keberagaman. Nilai ini selaras dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, yang menegaskan pentingnya satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Dalam banyak catatan sejarah, ajaran Kijne diyakini membentuk pola pikir kritis dan semangat persatuan bagi generasi muda Papua awal abad ke-20. Melalui tangan dinginnya, pendidikan menjadi alat untuk menyatukan, bukan memisahkan.
Semangat inilah yang terus diwariskan hingga kini, terutama di daerah-daerah baru seperti Papua Pegunungan, yang sedang membangun pondasi demokrasi dan pendidikan dengan semangat kebersamaan.

Baca juga: Mengenal Paus Fransiskus: Kisah Hidup Pemimpin Gereja Katolik yang Rendah Hati

Teladan bagi ASN dan Penyelenggara Pemilu

Nilai-nilai hidup Dominee Kijne dapat menjadi inspirasi bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan penyelenggara pemilu di Papua Pegunungan. Ia menekankan pentingnya kerja tulus, kejujuran, dan dedikasi tanpa pamrih — sikap yang juga menjadi roh bagi lembaga seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam menjaga integritas demokrasi.
Di tengah tantangan dan keterbatasan wilayah, semangat “melayani tanpa mengeluh” yang diwariskan Kijne mengajarkan bahwa setiap tugas publik adalah ibadah bagi bangsa.

Sebagaimana amanat Pasal 31 UUD 1945 yang menegaskan bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, semangat Kijne menjadi dasar penting dalam membangun kesadaran politik dan demokrasi yang berakar pada pengetahuan dan moralitas.

Warisan Abadi untuk Generasi Papua

Untuk menghormati jasanya, nama Kijne diabadikan pada Universitas Ottow Geissler Papua (dahulu Universitas Kristen I.S. Kijne) di Jayapura.
Warisannya bukan hanya berupa lembaga pendidikan, melainkan juga pandangan hidup: bahwa kemajuan suatu bangsa dimulai dari karakter dan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Generasi muda Papua Pegunungan dapat meneladani nilai tersebut untuk membangun masa depan daerah dengan semangat toleransi, gotong royong, dan rasa memiliki terhadap NKRI.
-pram-

Referensi:

  • Arsip Pendidikan Zending di Serui (1925–1958)
  • Arsip Nasional Republik Indonesia – Tokoh Pendidikan Papua
  • UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan
  • Nilai-nilai Pancasila Sila II & V

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 40 kali