Sultan Hasanuddin: Sang Ayam Jantan dari Timur yang Menggetarkan Nusantara
Wamena — Nama Sultan Hasanuddin tentu tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Dikenal dengan julukan "Ayam Jantan dari Timur" dan salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia. beliau merupakan sosok pejuang tangguh asal Kerajaan Gowa (Sulawesi Selatan) yang berani melawan penjajahan Belanda pada abad ke-17. Julukan itu diberikan karena keberaniannya dalam menghadapi musuh, bahkan ketika kekuatan pasukannya jauh lebih kecil dibandingkan lawan.
Kelahiran dan Awal Kehidupan Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada tahun 1631 dengan nama kecil I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Hasanuddin kecil mendapat Pendidikan di Masjid Bontoala. Sejak kecil ia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting dengan harapan dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang.Sejak muda, beliau telah menunjukkan bakat kepemimpinan dan strategi militer yang luar biasa. Sultan Hasanuddin adalah Putera dari Raja Gowa ke-15. I Manuntungi Muhammad Said Daeng Matolla, Karaeng. Lakiung Sultan Malikussaid Tumenanga ri Papang Batunna. Setelah naik takhta menjadi Raja Gowa ke-16, ia bertekad menjaga kedaulatan negerinya dari intervensi asing, terutama dari VOC (Belanda) yang berusaha memonopoli perdagangan di wilayah timur Indonesia.
Perang Besar melawan VOC: Bukti Keberanian Tak Tergoyahkan
Salah satu momen paling heroik dalam sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin adalah Perang Makassar (1666–1669). Dalam perang ini, beliau memimpin pasukannya dengan strategi yang cerdas dan semangat pantang menyerah. Meskipun akhirnya Kerajaan Gowa harus menandatangani Perjanjian Bungaya, semangat perjuangan Sultan Hasanuddin tetap hidup sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan.
Nilai Kepemimpinan Sultan Hasanuddin yang Patut Diteladani
Sultan Hasanuddin bukan hanya dikenal karena keberaniannya, tetapi juga karena keteguhannya menjaga martabat dan kedaulatan bangsa. Nilai-nilai seperti:
- Keberanian melawan ketidakadilan
- Cinta tanah air
- Pantang menyerah dalam menghadapi tekanan asing
menjadi warisan moral yang sangat relevan bagi generasi muda Indonesia saat ini.
Baca juga: Alfonso de Albuquerque: Biografi dan Pengaruhnya untuk Indonesia
Warisan dan Pengakuan Nasional
Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin pada tahun 1973. Namanya kini diabadikan dalam berbagai bentuk, seperti Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, universitas, hingga jalan-jalan besar di berbagai daerah Indonesia.
Sultan Hasanuddin bukan sekadar nama dalam buku sejarah, melainkan simbol nyata dari semangat perjuangan dan nasionalisme. Kisah keberaniannya mengingatkan kita bahwa kemerdekaan tidak pernah datang dengan mudah — dan bahwa setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedaulatan bangsa seperti yang telah beliau perjuangkan.