Artikel

Tragedi Bandung Lautan Api: Kisah Heroik Rakyat Bandung Membakar Kotanya Demi Kemerdekaan

Wamena — Tragedi Bandung Lautan Api merupakan salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada 23 Maret 1946 di Kota Bandung, Jawa Barat, ketika rakyat dan pejuang setempat memilih untuk membumihanguskan kotanya sendiri agar tidak jatuh ke tangan penjajah Sekutu dan tentara NICA (Belanda). Keputusan besar itu menjadi simbol semangat juang dan pengorbanan tanpa pamrih demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan.

Latar Belakang Terjadinya Bandung Lautan Api

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, situasi di berbagai daerah masih belum stabil. Di Bandung, kekuasaan masih diperebutkan antara rakyat Indonesia dan tentara Sekutu yang datang bersama NICA untuk mengembalikan kekuasaan Belanda.

Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu mulai mendarat di Bandung dengan alasan untuk melucuti senjata tentara Jepang. Namun kenyataannya, mereka justru membantu Belanda untuk kembali berkuasa.

Hal ini memicu ketegangan dan perlawanan bersenjata antara pejuang Indonesia dan pihak Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar seluruh pejuang Indonesia yang berada di wilayah Bandung Selatan segera meninggalkan kota. Rakyat menolak, dan bentrokan besar pun tak terhindarkan. Meskipun para pejuang Indonesia berhasil mempertahankan wilayahnya, tekanan dari pihak Sekutu terus meningkat.

Puncaknya, pada 23 Maret 1946, Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar seluruh warga Bandung meninggalkan kota dalam waktu 24 jam. Dalam situasi terdesak, para pemimpin pejuang, termasuk Komandan Divisi III TRI (Tentara Republik Indonesia) Kolonel A.H. Nasution, mengambil keputusan besar: mengosongkan Bandung dan membakar seluruh bagian kota agar tidak dapat digunakan musuh.

Menurut Dr. Anhar Gonggong, seorang sejarawan Indonesia, “Peristiwa Bandung Lautan Api menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga dengan semangat dan prinsip. Mereka lebih memilih kehilangan kota daripada kehilangan kemerdekaan.”

Baca juga: Quick Count dalam Pemilu: Pengertian, Aturan, Fungsi, dan Kontroversinya

Kronologi Peristiwa Bandung Lautan Api

Malam itu, langit Bandung memerah. Rakyat bersama para pejuang dengan penuh semangat membakar rumah, gedung, dan fasilitas umum. Mereka meninggalkan kota sambil menyanyikan lagu perjuangan. Kobaran api menjulang tinggi, menerangi gelapnya malam, dan membakar hampir separuh wilayah Bandung bagian selatan.

Gedung-gedung penting, seperti pabrik, gudang amunisi, dan rumah-rumah penduduk, hangus terbakar. Api terus berkobar hingga dini hari, mengubah Bandung menjadi lautan api yang sesungguhnya. Asap hitam membumbung tinggi ke langit dan terlihat dari kejauhan. Karena peristiwa itu, Bandung dijuluki “Bandung Lautan Api”.

Dalam proses evakuasi dan pembakaran kota, ribuan warga Bandung berjalan kaki menuju daerah-daerah sekitar seperti Cimahi, Lembang, dan Garut. Mereka membawa barang seadanya, meninggalkan rumah yang mereka cintai demi menjaga kehormatan bangsa. Banyak pejuang dan warga yang gugur, namun semangat juang mereka tetap menjadi inspirasi hingga kini.

Tokoh dan Pahlawan di Balik Bandung Lautan Api

Salah satu tokoh penting dalam peristiwa ini adalah Mohammad Toha, seorang pejuang muda yang dikenal pemberani. Ia bersama rekan seperjuangannya, Ramdan, melakukan aksi heroik dengan meledakkan gudang amunisi milik Sekutu di Dayeuhkolot. Ledakan besar itu menewaskan mereka berdua, namun juga menghancurkan persenjataan musuh. Keberanian mereka membuat nama Mohammad Toha dan Ramdan dikenang sebagai pahlawan Bandung Lautan Api.

Sejarawan Asvi Warman Adam menegaskan dalam catatannya di LIPI bahwa, “Bandung Lautan Api dan tindakan Mohammad Toha adalah contoh ekstrem dari nasionalisme yang murni. Tidak ada yang lebih berani dari rakyat yang rela kehilangan segalanya demi harga diri bangsa.”

Selain itu, Kolonel A.H. Nasution berperan besar dalam pengambilan keputusan strategis agar Bandung tidak jatuh ke tangan Belanda. Ia memahami bahwa menjaga moral dan semangat perjuangan lebih penting daripada mempertahankan kota yang dikuasai musuh.

Makna dan Dampak Tragedi Bandung Lautan Api

Tragedi ini memiliki makna mendalam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tindakan membumihanguskan kota Bandung bukanlah bentuk keputusasaan, melainkan simbol pengorbanan dan keberanian luar biasa rakyat Indonesia. Mereka lebih memilih kehilangan harta benda daripada melihat kota mereka dikuasai penjajah lagi. Dampak dari peristiwa ini juga besar bagi perjuangan nasional. Semangat “Bandung Lautan Api” menyebar ke seluruh penjuru negeri, menginspirasi daerah lain untuk melawan penjajahan dengan segala cara. Dunia internasional pun mulai memperhatikan tekad rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih.

Di sisi lain, tragedi ini juga menyisakan luka mendalam. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal dan mengalami penderitaan. Namun semangat persatuan dan gotong royong membuat mereka mampu bangkit kembali membangun kota Bandung yang baru.

Menurut Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan dari Universitas Padjadjaran, “Bandung Lautan Api adalah simbol perlawanan total. Bukan hanya militer yang berperang, tetapi seluruh rakyat: petani, ibu rumah tangga, hingga pelajar. Mereka bersatu dalam satu tekad — merdeka atau mati.”

Peringatan Bandung Lautan Api dan Warisan Sejarah

Hingga kini, setiap tanggal 23 Maret, warga Bandung dan seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Bandung Lautan Api. Di berbagai tempat, diadakan upacara dan kegiatan mengenang jasa para pejuang. Salah satu simbol penting yang dibangun untuk mengenang peristiwa ini adalah Monumen Bandung Lautan Api di kawasan Tegallega, Bandung. Monumen dengan tinggi 45 meter ini melambangkan semangat 17 Agustus 1945 dan api perjuangan yang tak pernah padam.

Selain itu, kisah Bandung Lautan Api juga banyak diabadikan dalam lagu, film, dan buku sejarah. Salah satu lagu terkenal yang menggambarkan semangat perjuangan itu adalah Halo-Halo Bandung, yang diciptakan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Lagu ini menjadi simbol kerinduan sekaligus kebanggaan terhadap kota Bandung yang telah berkorban demi kemerdekaan.

Tragedi Bandung Lautan Api bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga cerminan semangat nasionalisme, keberanian, dan pengorbanan rakyat Indonesia. Dengan membakar kota mereka sendiri, rakyat Bandung menunjukkan kepada dunia bahwa kemerdekaan adalah harga mati. Peristiwa ini mengajarkan bahwa kebebasan tidak datang tanpa pengorbanan, dan semangat perjuangan itu harus terus dijaga oleh generasi muda Indonesia.

Bandung tidak hanya dikenal sebagai Kota Kembang, tetapi juga sebagai Kota Pahlawan, tempat lahirnya semangat juang yang membara seperti api yang tak pernah padam.

Baca juga: Apa Itu Parliamentary Threshold? Ini Penjelasan Lengkapnya

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 1,603 kali