Tokoh

Frans Kaisiepo, Tokoh Papua di Uang Rp10.000 dan Perjuangannya

Wamena — Frans Kaisiepo adalah seseorang yang namanya tercatat sebagai salah satu tokoh penting yang memperjuangkan integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lahir di Biak pada tanggal 10 Oktober 1921, Frans Kaisiepo tumbuh di lingkungan yang kuat memegang nilai kebersamaan dan semangat kebangsaan.

Frans Kaisiepo menempuh pendidikan di Sekolah Guru Opleiding School (MOSVIA) di Manokwari. Di tempat inilah ia mulai mengenal gagasan tentang nilai-nilai nasionalisme. Di tempat ini juga mulai tumbuh benih-benih semangat perjuangan di dalam dirinya.  Interaksi dengan para pelajar yang berasal dari berbagai daerah di nusantara juga semakin membuka wawasannya terhadap nilai-nilai persatuan.

Pandangan hidup Frans Kaisiepo berakar pada persatuan dan kemandirian bangsa Indonesia. Ia percaya bahwa Papua adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Sikap ini ia tunjukkan dengan tegas saat menghadiri Konferensi Malino pada tahun 1946. Dirinya menjadi satu-satunya wakil dari Papua yang menyuarakan keinginan agar wilayah Papua bergabung dengan NKRI. Warisan perjuangannya kini diabadikan dalam berbagai bentuk penghargaan.

Perjuangan Frans Kaisiepo Memperjuangkan Papua Bergabung dengan Indonesia

Pada masa genting di awal kemerdekaan pasca proklamasi , Kaisiepo tampil sebagai representasi suara Papua. Ia menyatakan tekad yang sungguh-sungguh untuk bergabung dengan NKRI. Di dalam Konferensi Malino tahun 1946, Kaisiepo dengan tegas menolak wacana pembentukan negara bagian di bawah Belanda. Ia memiliki pandangan bahwa Papua adalah bagian sah dari NKRI. Tentu saja, Ini merupakan sikap yang saat itu dianggap “berbahaya dan penuh risiko”.

Pendekatan melalui dialog ia lakukan untuk menanamkan kesadaran kebangsaan di kalangan masyarakat Papua yang masih berada di bawah pengaruh kolonial. Hal ini ia lakukan, saat sekembalinya ia ke tanah kelahiran. Kaisiepo menggerakkan para guru, pemuda, dan tokoh adat untuk memahami arti kemerdekaan dan pentingnya persatuan nasional. Ia juga mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu di lingkungan pendidikan dan pemerintahan lokal.

Dedikasi Kaisiepo dalam memperjuangkan integrasi Papua melalui jalur diplomasi dan dialog tentang kesadaran politik rakyat menjadikannya sebagai simbol nasionalisme Papua sejati. Semangatnya terus hidup, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai tanah air tanpa batas geografis.

Baca juga: Mengenal 5 Pahlawan Nasional Papua dalam Sejarah Indonesia

Peran Frans Kaisiepo dalam Konferensi Malino 1946

Nama Frans Kaisiepo tercatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa. Tokoh asal Biak ini memainkan peran penting dalam forum politik Malino tahun 1946, yang menjadi tonggak awal penyatuan wilayah-wilayah Indonesia bagian timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam konferensi yang digagas pemerintah Hindia Belanda itu, Kaisiepo merupakan salah satu peserta muda yang dengan berani menentang ide pembentukan negara federal oleh Belanda. Ia menyuarakan pandangannya  bahwa Papua dan wilayah Indonesia timur lainnya harus menjadi bagian dari NKRI yang merdeka dan berdaulat. Sikap politik yang lugas dan nasionalistis ini menandai awal perjuangan diplomatik Papua untuk bersatu di dalam NKRI.

Kaisiepo juga dikenal aktif menjembatani komunikasi antara pemimpin-pemimpin daerah di wilayah bagian timur Indonesia dengan pemerintah pusat untuk memperkuat semangat persatuan di masa transisi pasca kemerdekaan. Berbagai kontribusi yang diberikan oleh Frans Kaisiepo ini bukan hanya untuk menjadi catatan sejarah. Lebih dari itu, kontribusi ini telah menjadi simbol penting komitmen dan perjuangan Papua dalam menjaga keutuhan NKRI.

Karier Politik Frans Kaisiepo: Gubernur Papua hingga Tokoh Nasional

Frans Kaisiepo pernah menjabat sebagai Gubernur Papua keempat. Selama masa jabatannya, ia meninggalkan jejak kuat dalam pembangunan dan persatuan nasional. Ia diangkat menjadi Gubernur Papua pada tahun 1964. Masa-masa ini tentu saja adalah masa penuh tantangan mengingat Papua baru saja bergabung ke dalam NKRI.

Gaya kepemimpinan Kaisiepo sebagai gubernur adalah penekanan beliau terhadap pentingnya pembangunan sumber daya manusia dan penguatan identitas nasional di tanah Papua. Oleh karena itu, program-program kerja beliau selama menjadi gubernur banyak bertujuan untuk mendorong masyarakat Papua ikut aktif dalam pemerintahan dan pembangunan, tentu saja dikolaborasikan dengan nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia bagian timur.

Di tingkat nasional, pandangan politik Kaisiepo  yang inklusif membuatnya dihormati sebagai tokoh yang mampu menjembatani perbedaan pandangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dedikasi dan keteladanannya membuktikan bahwa semangat persatuan dan cinta tanah air dapat tumbuh dari mana saja, termasuk dari bumi Cenderawasih yang ia cintai sepenuh hati.

Penghargaan dan Pengakuan: Pahlawan Nasional & Wajah di Uang Rupiah

  1. Nama Frans Kaisiepo diabadikan resmi oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu Pahlawan Nasional atas jasa dan perjuangannya dalam memperjuangkan keutuhan NKRI, khususnya di Tanah Papua. Gelar ini dianugerahkan pada tahun 1993 melalui Keputusan Presiden Nomor 077/TK/1993 sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya dalam memperjuangkan integrasi Papua ke NKRI.
  2. Pemerintah juga menempatkan potret Frans Kaisiepo di uang kertas pecahan Rp10.000 edisi tahun 2016. Menjadikan dirinya sebagai simbol kebanggaan nasional yang mewakili semangat persatuan dari ujung timur Indonesia. Wajah Kaisiepo terpampang dengan gagah, mengenakan pakaian adat Papua.
  3. Saat ini, nama Frans Kaisiepo diabadikan sebagai nama bandara internasional di Biak. Hal ini sebagai bentuk  pengakuan atas jasa besarnya dalam memperkuat persatuan Indonesia dari ujung timur nusantara.

Penghargaan dan pengakuan diatas, menegaskan bahwa kontribusi Frans Kaisiepo tidak hanya tercatat dalam sejarah, tetapi juga melekat dalam simbol negara yang digunakan masyarakat setiap hari. Sosoknya menjadi inspirasi bagi seluruh anak bangsa untuk terus menjaga persatuan dan mengisi kemerdekaan dengan karya dan pengabdian nyata.

Baca juga: Sultan Hasanuddin: Sang Ayam Jantan dari Timur yang Menggetarkan Nusantara

Warisan Perjuangan Frans Kaisiepo bagi Generasi Muda Papua dan Indonesia

Di era digitalisasi saat ini, semangat perjuangan dan nasionalisme yang ditunjukkan oleh Frans Kaisiepo masih tetap relevan bagi generasi muda Indonesia. Nilai-nilai seperti cinta tanah air, keberanian memperjuangkan kebenaran, serta komitmen menjaga persatuan bangsa menjadi teladan yang tidak akan lekang oleh waktu. Sikapnya yang tegas dan konsisten memperjuangkan integrasi Papua ke dalam NKRI mencerminkan nasionalisme yang lahir dari kesadaran, bukan sekedar slogan.

Untuk generasi muda Indonesia, semangat Kaisiepo menjadi pengingat bahwa cinta tanah air bukan hanya soal kata-kata, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan nyata. Tidak harus besar, mulailah dengan tindakan sederhana misalnya rajin belajar, terus berkarya, dan berikan kontribusi untuk Indonesia di bidang apa pun.

Daftar Pustaka:

Tasnur, I., & Fadli, M. R. (2019). Republik Indonesia Serikat: Tinjauan Historis Hubungan Kausalitas Peristiwa-Peristiwa Pasca Kemerdekaan Terhadap Pembentukan Negara Ris (1945-1949). Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 5(2), 58-67.

Rahayu, K. P., Oktalia, A. I., & Setiawati, D. (2024). Peran Frans Kaisiepo Dalam Menyatukan Papua Kepangkuan NKRI. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, 6(1), 15-19.

SETIAWAN, R. A. (2020). TIGA TOKOH INTEGRASI IRIAN BARAT KE INDONESIA: FRANS KAISIEPO, MARTHIN INDEY, DAN SILAS PAPARE TAHUN 1950-1970 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 223 kali