Opini

Belajar dari Penyelenggaraan Pemilu di Negara Lain: Praktik Baik untuk Demokrasi Berkualitas

Kenyam - Pemilu merupakan fondasi utama demokrasi. Di berbagai negara, penyelenggaraan pemilu terus mengalami pembaruan dan penguatan agar mampu menjawab tantangan zaman, meningkatkan kepercayaan publik, serta menjamin hasil pemilu yang sah dan diterima masyarakat. Meskipun setiap negara memiliki konteks politik dan sosial yang berbeda, terdapat sejumlah praktik baik (best practices) yang dapat menjadi pembelajaran bersama, termasuk bagi Indonesia.

Sebagai bagian dari komunitas demokrasi global, Indonesia melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus berupaya menyelenggarakan pemilu yang profesional, transparan, dan berintegritas, sejalan dengan standar internasional.

Baca juga: Membangun Demokrasi yang Dipercaya: Jalan Panjang Meningkatkan Indeks dan Integritas Publik

Sistem Penyelenggaraan Pemilu yang Efisien

Banyak negara mengembangkan sistem penyelenggaraan pemilu yang menekankan efisiensi tanpa mengorbankan prinsip demokrasi. Efisiensi diwujudkan melalui perencanaan tahapan yang jelas, pembagian tugas yang tegas antar lembaga, serta penggunaan teknologi yang terukur dan aman.

Di beberapa negara, digitalisasi daftar pemilih, sistem rekapitulasi yang terstandar, dan manajemen logistik yang modern terbukti mampu mengurangi kesalahan administratif dan mempercepat proses pemilu. Efisiensi harus selalu diimbangi dengan keamanan sistem dan perlindungan hak pemilih, terutama di negara dengan wilayah luas dan kondisi geografis yang beragam.

Transparansi sebagai Pilar Kepercayaan Publik

Transparansi menjadi salah satu prinsip utama penyelenggaraan pemilu di berbagai belahan dunia. Penyelenggara pemilu dituntut membuka informasi seluas-luasnya kepada publik, mulai dari regulasi, tahapan pemilu, daftar pemilih, hingga hasil penghitungan suara.

Praktik internasional menunjukkan bahwa keterbukaan data pemilu, mekanisme pengawasan yang inklusif, serta akses masyarakat dan pemantau pemilu terhadap proses pemilu dapat meningkatkan kepercayaan publik. Ketika masyarakat memahami bagaimana pemilu dikelola, potensi kecurigaan dan konflik pascapemilu dapat diminimalkan.

Profesionalisme Penyelenggara Pemilu

Menekankan pentingnya profesionalisme penyelenggara pemilu sebagai kunci keberhasilan pemilu demokratis. Di banyak negara, anggota lembaga penyelenggara pemilu dipilih melalui proses seleksi yang ketat, dilengkapi pelatihan berkelanjutan, serta terikat pada kode etik yang jelas.

Profesionalisme ini tercermin dalam sikap independen, imparsial, dan konsisten dalam menerapkan aturan. Penyelenggara pemilu tidak hanya berperan sebagai administrator teknis, tetapi juga sebagai penjaga integritas demokrasi yang harus mampu bekerja di bawah tekanan politik dan dinamika sosial.

Baca juga: Multi Partai Gambaran Pluralitas Masyarakat di Indonesia

Pembelajaran bagi Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia

Belajar dari praktik penyelenggaraan pemilu di negara lain tidak berarti meniru secara mentah, melainkan mengadaptasi nilai-nilai universal demokrasi sesuai dengan karakteristik Indonesia. Dengan wilayah kepulauan, jumlah pemilih yang besar, serta keragaman sosial dan budaya—termasuk di Papua Pegunungan—penyelenggaraan pemilu di Indonesia membutuhkan pendekatan yang kontekstual dan inklusif.

Melalui penguatan sistem, peningkatan transparansi, dan profesionalisme penyelenggara, KPU Indonesia terus memperkuat perannya sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang kredibel dan dipercaya publik.

Praktik baik penyelenggaraan pemilu dari berbagai negara menunjukkan bahwa demokrasi yang berkualitas tidak lahir secara instan, tetapi dibangun melalui sistem yang efisien, transparan, dan dijalankan oleh penyelenggara yang profesional.

Dengan terus belajar dari pengalaman global, penyelenggaraan pemilu di Indonesia diharapkan semakin mampu menjamin hak pilih warga negara dan menjaga kualitas demokrasi secara berkelanjutan. (GSP)

***

Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan bukan representasi pandangan resmi dari KPU Provinsi Papua Pegunungan

Penulis: Tommy Gandes Setiawan

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 27 kali