Ancaman di Bidang Ideologi: Jenis, Contoh, dan Cara Mencegahnya
Oksibil - Bayangkan sebuah bangunan megah yang berdiri di atas tanah yang labil atau fondasi yang retak. Seberapa pun kuatnya tembok atau indahnya arsitektur bangunan tersebut, ia akan selalu berada dalam bahaya keruntuhan saat badai menerpa. Analogi ini dengan tepat menggambarkan pentingnya ideologi bagi sebuah negara.
Bagi Indonesia, Pancasila adalah fondasi kokoh yang menyatukan keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan dari Sabang hingga Merauke, termasuk di tanah Papua Pegunungan.
Namun, apa jadinya jika fondasi ini terus-menerus digerogoti oleh kekuatan tak kasat mata yang berupaya menggantikannya? Inilah yang disebut sebagai ancaman di bidang ideologi.
Ancaman ini sering kali tidak berwujud serangan fisik, namun menyasar pola pikir dan keyakinan masyarakat, yang jika dibiarkan, dapat melumpuhkan persatuan bangsa.
Artikel ini akan mengurai secara komprehensif apa itu ancaman ideologi, bentuk-bentuknya yang nyata di sekitar kita, serta langkah strategis yang dapat diambil oleh setiap warga negara, khususnya para pemilih cerdas, untuk mencegahnya.
Pengertian Ancaman di Bidang Ideologi
Secara mendasar, ideologi adalah kumpulan gagasan, ide, keyakinan, dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang mengatur tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk politik, hukum, pertahanan, keamanan, sosial, budaya, dan ekonomi. Bagi bangsa Indonesia, ideologi negara adalah Pancasila, yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Ancaman di bidang ideologi dapat didefinisikan sebagai segala bentuk usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dengan cara berupaya mengubah atau mengganti ideologi dasar negara, yaitu Pancasila, dengan ideologi lain.
Berbeda dengan ancaman militer yang terlihat jelas melalui agresi bersenjata, ancaman ideologi bersifat nirmiliter atau non-fisik. Ia bekerja secara laten, menyusup melalui pemikiran, propaganda, dan pengaruh budaya, yang bertujuan untuk melemahkan keyakinan masyarakat terhadap kebenaran Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
Target utamanya adalah memecah belah persatuan dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem pemerintahan yang sah.
Baca juga: Politik Uang: Ancaman Demokrasi dan Hukuman Berat
Bentuk-Bentuk Ancaman di Bidang Ideologi
Di era globalisasi dan keterbukaan informasi saat ini, ancaman di bidang ideologi bermetamorfosis menjadi berbagai bentuk yang semakin kompleks. Ancaman ini secara umum dapat dikategorikan menjadi dua sumber utama:
1. Ancaman dari Luar Negeri (Eksternal) Ancaman eksternal biasanya datang dalam bentuk infiltrasi ideologi asing yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Dua ideologi besar yang kerap menjadi ancaman adalah:
-
Liberalisme: Paham yang menjunjung tinggi kebebasan individu secara mutlak. Meskipun memiliki sisi positif, liberalisme ekstrem yang masuk tanpa filter dapat mengikis semangat gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, menggantinya dengan individualisme yang apatis terhadap kepentingan sosial.
-
Komunisme/Marxisme-Leninisme: Ideologi yang berbasis pada pertentangan kelas dan ateisme ini secara historis dan konstitusional telah dilarang di Indonesia karena bertentangan fundamental dengan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Ancaman dari Dalam Negeri (Internal) Ancaman internal sering kali lebih berbahaya karena tumbuh dari dalam tubuh bangsa sendiri. Bentuknya meliputi:
-
Radikalisme dan Ekstremisme Keagamaan: Paham yang memaksakan kehendak untuk mengganti ideologi negara dengan sistem pemerintahan berbasis agama tertentu melalui cara-cara kekerasan dan inkonstitusional. Ini mencederai prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
-
Separatisme Berbasis Ideologi: Gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI bukan hanya karena alasan ekonomi atau politik, tetapi didorong oleh keinginan mendirikan negara dengan ideologi berbeda.
-
Primordialisme Sempit: Ikatan berlebihan pada suku, ras, atau golongan sendiri yang menganggap kelompoknya lebih unggul, sehingga menolak persatuan nasional di bawah payung Pancasila.
Contoh Ancaman Ideologi di Indonesia
Sejarah panjang Indonesia telah mencatat berbagai peristiwa yang merupakan manifestasi nyata dari ancaman di bidang ideologi. Mempelajari contoh-contoh ini penting agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
Contoh historis yang paling kelam adalah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), baik pada tahun 1948 di Madiun maupun Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Peristiwa ini adalah upaya nyata untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis melalui cara-cara kekerasan dan kudeta.
Di era kontemporer, ancaman ideologi muncul dalam bentuk yang berbeda. Misalnya, maraknya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di media sosial yang bermuatan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) menjelang Pemilihan Umum.
Tujuannya adalah menciptakan polarisasi ekstrem di masyarakat sehingga pemilih tidak lagi melihat program kerja kandidat, melainkan terjebak dalam sentimen identitas yang memecah belah.
Selain itu, munculnya organisasi-organisasi terlarang yang secara terang-terangan menolak Pancasila dan demokrasi, serta berupaya mendirikan sistem kekhilafahan global di Indonesia, juga merupakan contoh riil ancaman terhadap ideologi negara.
Baca juga: Ideologi Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Relevansinya bagi Demokrasi
Faktor Penyebab Terjadinya Ancaman Ideologi
Mengapa ancaman di bidang ideologi masih terus terjadi meskipun Indonesia telah merdeka puluhan tahun? Ada beberapa faktor pendorong utama yang perlu kita pahami:
-
Lemahnya Pemahaman dan Pengamalan Pancasila
Banyak generasi muda yang hanya menghafal sila-sila Pancasila tanpa memahami makna filosofis dan tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menciptakan "kekosongan ideologis" yang mudah diisi oleh paham-paham asing. -
Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Ketidakadilan dan kemiskinan sering kali menjadi lahan subur bagi tumbuhnya ideologi radikal. Kelompok tertentu memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi untuk menawarkan ideologi alternatif sebagai solusi instan. -
Derasnya Arus Informasi Digital
Kemajuan teknologi informasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memudahkan akses pengetahuan, namun di sisi lain menjadi saluran cepat penyebaran propaganda ideologi transnasional, radikalisme, dan berita bohong yang merongrong kepercayaan pada negara. -
Kurangnya Keteladanan Para Pemimpin
Ketika elit politik atau tokoh masyarakat tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai Pancasila—misalnya melakukan korupsi atau mengutamakan kepentingan kelompok—masyarakat menjadi apatis dan sinis terhadap ideologi negaranya sendiri.
Upaya Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi
Menghadapi ancaman di bidang ideologi memerlukan strategi yang komprehensif dan melibatkan seluruh elemen bangsa, mulai dari pemerintah hingga masyarakat akar rumput. Upaya ini berfokus pada penguatan ketahanan nasional dalam aspek nirmiliter.
1. Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Pendidikan Pancasila
Ini adalah benteng pertahanan utama. Pendidikan Pancasila harus ditanamkan kembali secara masif, menarik, dan relevan mulai dari tingkat pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Di Papua Pegunungan, pendekatan ini dapat diintegrasikan dengan kearifan lokal yang selaras dengan nilai Pancasila, seperti tradisi musyawarah ("bakar batu") yang mencerminkan sila keempat.
2. Peningkatan Literasi Digital
Masyarakat harus dibekali kemampuan untuk berpikir kritis dalam menyaring informasi di media sosial. Kemampuan membedakan fakta dan propaganda sangat krusial agar tidak mudah terhasut oleh narasi-narasi yang memecah belah persatuan.
3. Penegakan Hukum yang Adil dan Tegas
Negara harus hadir dengan tegas menindak segala bentuk organisasi atau individu yang terbukti melakukan upaya inkonstitusional untuk mengganti ideologi Pancasila, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Peran Demokrasi dan Pemilu Berkualitas
Sebagai lembaga penyelenggara pemilu, KPU memiliki peran strategis. Proses demokrasi melalui Pemilu dan Pilkada adalah mekanisme konstitusional untuk menyalurkan aspirasi politik.
Dengan berpartisipasi aktif dalam pemilu dan menjadi pemilih cerdas yang menolak politik identitas, masyarakat sebenarnya sedang mempertahankan Pancasila.
Memilih pemimpin yang berkomitmen teguh pada Pancasila dan NKRI adalah bentuk nyata perlawanan terhadap ancaman ideologi.
Baca juga: Ancaman di Bidang Politik: Bentuk, Dampak, dan Peran KPU Mengatasinya
Ancaman di bidang ideologi adalah tantangan nyata yang bersifat dinamis dan terus berkembang seiring perubahan zaman. Ia tidak menyerang fisik kita, melainkan kesadaran dan keyakinan kita sebagai satu bangsa.
Dari infiltrasi paham asing hingga radikalisme berbaju agama, semua bertujuan meruntuhkan fondasi rumah kita, Indonesia. Namun, kita harus optimis bahwa ancaman ini dapat diatasi. Kuncinya bukan pada kekuatan senjata, melainkan pada kekuatan keyakinan kita terhadap Pancasila.
Dengan memperkuat wawasan kebangsaan, meningkatkan literasi, dan berpartisipasi aktif dalam demokrasi yang sehat, kita sedang memperkokoh fondasi negara. Mari menjadi pemilih yang bijak dan warga negara yang waspada.
Sebab, jika fondasi Pancasila tegak di dalam hati dan pikiran setiap anak bangsa, maka bangunan Indonesia akan tetap berdiri kokoh menghadapi badai ideologi apa pun yang menerpa. (GSP)
Referensi:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
- Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (2015). Buku Putih Pertahanan Indonesia.
- Lemhannas RI. Materi Pokok Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).