
Pemilu Paling Unik di Dunia: Dari Luar Angkasa hingga Voting di Discord
Papua Pegunungan - Tahukah kamu bahwa beberapa negara memiliki cara yang sangat tidak biasa dalam menggelar pemilihan umum? Beberapa bahkan tergolong paling unik dan aneh di dunia. Yuk, simak berbagai sistem pemilu unik dari berbagai penjuru dunia!
Setelah Indonesia sukses melaksanakan Pemilu 2024 untuk memilih presiden, wakil presiden, serta anggota legislatif, menarik rasanya melihat bagaimana negara lain di dunia juga menjalankan pesta demokrasinya.
Beberapa negara bahkan menerapkan sistem pemilihan yang tidak biasa — mulai dari yang kreatif hingga yang benar-benar unik. Berikut deretan pemilu paling aneh dan menarik yang pernah terjadi di dunia!
Baca juga: Rahasia Sukses KPU Papua Pegunungan di Pemilu 2024: SIAKBA Jadi Kunci!
1. Mengirim Suara dari Luar Angkasa
Untuk memastikan seluruh warga negara dapat menggunakan hak pilihnya, Amerika Serikat menciptakan cara unik bagi para astronot yang sedang bertugas di luar angkasa.
Sejak tahun 1997, astronot David Wolf menjadi orang pertama yang memberikan suaranya dari orbit melalui sistem elektronik yang dikembangkan bersama NASA.
Surat suara dikirim secara digital dari Texas ke Houston, lalu diteruskan ke stasiun luar angkasa Mir. Setelah diisi, hasilnya dikirim kembali ke Bumi. Dengan begitu, bahkan mereka yang berada di luar atmosfer pun bisa ikut berpartisipasi dalam demokrasi.
2. Voting Perdana Menteri Nepal Lewat Discord
Salah satu peristiwa paling menarik dalam sejarah politik modern terjadi di Nepal, ketika masyarakat muda menggunakan Discord — platform komunikasi yang biasa dipakai para gamer — untuk melakukan voting pemilihan Perdana Menteri sementara.
Peristiwa ini terjadi setelah gelombang demonstrasi besar-besaran menggulingkan pemerintahan K.P. Sharma Oli pada, 4 September 2025 lalu. Ribuan pengguna muda Nepal berpartisipasi dalam pemungutan suara digital di Discord, dan mayoritas memilih Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal.
Hasil polling ini kemudian menjadi dasar penunjukan Karki sebagai Perdana Menteri interim, sekaligus menjadikannya perempuan pertama yang memegang jabatan tersebut di Nepal.
Gerakan ini dipicu oleh kekecewaan terhadap korupsi dan pembatasan media sosial. Melalui server khusus bernama Hami Nepal, para aktivis muda mengadakan diskusi daring hingga akhirnya menggelar pemungutan suara informal di Discord.
Pemerintahan sementara di bawah kepemimpinan Sushila Karki akan bertugas hingga pemilu umum pada 5 Maret 2026, sementara Presiden Ram Chandra Poudel telah membubarkan parlemen sebagai bagian dari masa transisi.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana teknologi digital, khususnya platform komunikasi seperti Discord, kini berkembang dari ruang komunitas game menjadi alat baru bagi partisipasi politik generasi muda.
3. Pemungutan Suara Pakai Kelereng di Gambia
Karena tingginya angka buta huruf, Pemerintah Gambia merancang sistem pemilu sederhana dengan menggunakan kelereng sebagai alat pilih.
Setiap pemilih mendapat satu kelereng untuk dimasukkan ke dalam drum logam bergambar kandidat pilihan mereka.
Drum tersebut dicat dengan warna berbeda agar mudah dibedakan. Setelah pemungutan suara, petugas menghitung jumlah kelereng di tiap drum dengan alat berlubang kecil.
Sistem ini telah digunakan sejak 1960-an dan dinilai efektif, cepat, serta ramah bagi masyarakat yang kesulitan membaca.
Baca juga: Mengenal Tiga Lembaga Penyelenggara Pemilu di Indonesia
4. Pemilihan Paus Koptik oleh Anak Kecil
Pemilihan Paus Koptik, pemimpin Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria di Mesir, dilakukan dengan cara yang sangat sakral dan unik.
Setelah Sinode Suci Gereja Koptik menyeleksi tiga kandidat akhir, nama mereka ditulis di kertas dan dimasukkan ke dalam piala suci di altar Katedral St. Markus, Kairo.
Seorang anak laki-laki berusia lima tahun, dengan mata tertutup, kemudian diminta mengambil satu kertas dari piala tersebut.
Kandidat yang terpilih dianggap sebagai “pilihan Tuhan”, karena diyakini bahwa tangan anak itu dibimbing oleh kehendak Ilahi. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad.
5. Seekor Badak Menang Pemilu di Brasil
Pada 1959, warga São Paulo melakukan protes politik yang tidak biasa: mereka memilih seekor badak betina bernama Cacareco sebagai anggota dewan kota.
Cacareco meraih sekitar 100.000 suara, mengalahkan semua kandidat manusia.
Tindakan ini merupakan bentuk sindiran rakyat terhadap maraknya korupsi dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan saat itu. Aksi tersebut menjadi simbol kekecewaan terhadap elit politik yang dianggap gagal menjalankan amanah publik.
6. Menentukan Pemenang Lewat Teriakan di Yunani Kuno
Di masa Sparta kuno, pemilihan anggota majelis rakyat (Appella) tidak dilakukan dengan surat suara, melainkan dengan teriakan dan tepuk tangan.
Para kandidat berjalan di depan rakyat, dan warga yang mendukung akan berteriak sekeras mungkin.
Tim juri yang berada di ruangan terpisah menilai volume sorakan dan menentukan siapa yang mendapat dukungan paling besar.
Meski terdengar aneh, sistem ini merupakan bentuk awal partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan publik.
Dari luar angkasa hingga ruang digital, setiap negara memiliki cara unik dalam mengekspresikan demokrasi.
Inovasi dan kreativitas ini menunjukkan bahwa semangat rakyat untuk menentukan masa depan negaranya dapat hadir dalam bentuk apa pun — bahkan di tempat yang paling tidak terduga.
Semoga Pemilu di Indonesia terus menjadi contoh pesta demokrasi yang damai, jujur, dan berintegritas. Nah, kalau kamu bisa memilih, sistem pemilu unik mana yang paling menarik menurutmu? (GSP)