Semangat Santri untuk Bangsa dan Demokrasi Indonesia
Wamena - Setiap 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghargaan atas jasa para santri dan ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan serta menjaga keutuhan negara. Dari pesantren hingga medan juang, semangat santri tidak hanya berperan dalam sejarah kemerdekaan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi tumbuhnya nilai-nilai demokrasi di Indonesia hingga hari ini.
Jejak Sejarah Santri dalam Perjuangan Bangsa
Sejarah mencatat bahwa peran santri dalam perjuangan bangsa bukan sekadar kisah di masa lalu. Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi tonggak penting lahirnya Hari Santri. Seruan itu mendorong umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan kembali.
Dari sanalah, pesantren dan para santri menjelma menjadi benteng moral dan spiritual bangsa — melahirkan generasi yang berjiwa nasionalis, berani, dan berlandaskan nilai agama yang luhur. Semangat jihad dalam konteks ini bukan perang fisik semata, melainkan perjuangan menjaga martabat, keadilan, dan persatuan bangsa.
Baca juga: 20 Oktober: Awal Tradisi Demokrasi Baru dari Pelantikan Presiden Gus Dur
Nilai Santri dalam Demokrasi Modern
Dalam perjalanan bangsa menuju demokrasi, nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian, dan kejujuran yang diwariskan kalangan santri memiliki makna yang relevan. Prinsip syura atau musyawarah dalam tradisi pesantren mencerminkan esensi demokrasi sebagaimana tertuang dalam sila keempat Pancasila — Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Demokrasi yang berkeadaban menuntut kedewasaan moral dan akhlak politik, sebagaimana dihidupi para santri: menghargai perbedaan, menolak kekerasan, dan menegakkan keadilan sosial sebagaimana cita-cita UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) yang menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Baca juga: Pilkada 2024: Papua Pegunungan Ukir Sejarah Tanpa Pemungutan Suara Ulang
Santri dan Semangat Kebangsaan di Tanah Papua Pegunungan
Di wilayah seperti Papua Pegunungan, semangat santri tercermin dalam nilai kebersamaan dan gotong royong masyarakat pegunungan yang menjunjung tinggi harmoni. Para santri lokal dan tokoh agama berperan penting dalam membangun literasi politik, mengajak masyarakat memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam proses demokrasi.
Keterlibatan aktif tokoh-tokoh pesantren di daerah menjadi cerminan bahwa semangat santri tidak mengenal batas geografis — ia hidup di setiap hati yang mencintai keadilan, kejujuran, dan kedamaian bagi Indonesia.
Baca juga: Haji Agus Salim: Teladan Intelektual dan Pejuang Demokrasi Bangsa
Refleksi Hari Santri: Meneguhkan Demokrasi Berjiwa Moral
Peringatan Hari Santri bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga momentum meneguhkan komitmen untuk menjaga demokrasi yang bermartabat. Santri mengajarkan bahwa politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan amanah moral untuk melayani rakyat.
Sebagaimana semangat yang dijaga Komisi Pemilihan Umum (KPU), demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila dijalankan dengan kejujuran, kebersamaan, dan nilai pengabdian — sebagaimana jiwa santri yang ikhlas berjuang untuk bangsa dan negara.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional
3. Kementerian Agama RI (2023): “Santri, Spirit Kebangsaan, dan Penguatan Demokrasi”
4. Portal KPU.go.id: “Demokrasi Indonesia dan Partisipasi Umat Berbasis Nilai”