Gibran Rakabuming Raka: Sang Wakil Presiden Muda yang Membawa Angin Segar di Kancah Politik Indonesia
Gibran Rakabuming Raka lahir di Surakarta pada 1 Oktober 1987 sebagai putra sulung dari Joko Widodo (Jokowi) dan Iriana. Ia menjadi nama yang diperhitungkan di dunia politik Indonesia setelah kariernya sebagai pengusaha dan wali kota. Dengan mencatat usia yang masih relatif muda saat memegang jabatan tinggi negara, ia dinilai sebagai wajah baru generasi muda yang memasuki lingkar pemerintahan.
Pelantikan sebagai Wakil Presiden
Pada 20 Oktober 2024, Gibran secara resmi dilantik sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024–2029 mendampingi Prabowo Subianto dalam sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR) di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta.
Baca juga: Dari Medan Juang ke Demokrasi: Teladan Nasionalisme Prabowo
Visi dan Tugas Baru
Pasca pelantikan, Gibran menghadapi tugas besar sebagai wakil presiden generasi muda yang juga harus melengkapi visi pemerintahan Prabowo–Gibran. Dalam situs resmi, disebutkan bahwa pemerintahan mereka mengusung delapan misi strategis (“Asta Cita”) mencakup: penguatan ideologi, kemandirian pangan dan energi, peningkatan SDM dan teknologi, pemerataan ekonomi dari desa, reformasi birokrasi dan hukum, serta harmonisasi dengan alam, budaya dan toleransi.
Gibran sendiri menyatakan kesiapan untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Presiden, termasuk bila diperlukan tugas di luar kantor pusat. “Kami sebagai pembantu Presiden siap ditugaskan di manapun, kapan pun,” ujarnya.
Poin Kritis dan Tantangan
Meskipun banyak yang melihat kehadirannya sebagai angin segar, ada juga kritik yang mengiringi. Sebuah lembaga pengawas anti-korupsi menyatakan bahwa formasi kabinet yang dibentuk oleh pemerintahan Prabowo–Gibran belum sepenuhnya mencerminkan komitmen terhadap pemberantasan korupsi.
Unsur lain yang sering dibahas masyarakat adalah terkait isu “dinasti politik”, karena Gibran adalah anak Presiden aktif. Sebuah kajian jurnal menyebut bahwa keberadaan Gibran sebagai kandidat wakil presiden mendapat sorotan terkait perubahan regulasi dan dukungan partai yang dipandang sebagai bagian dari strategi politik keluarga besar.
Fokus Kerja dan Agenda Utama
Beberapa agenda yang menjadi sorotan utama di bawah kepemimpinannya:
Pembangunan infrastruktur dan terus-menerus memantau proyek strategis, khususnya pembangunan di kawasan ibu kota baru Ibu Kota Nusantara (IKN). Sebuah siaran pers menyebutkan kunjungan Gibran untuk meninjau proyek jalan tol, rumah sakit, kampus dan rusun ASN di IKN.
Pemberdayaan generasi muda dan ekonomi kreatif sebagai wujud peran wakil presiden termuda dalam pemerintahan. Kehadirannya dilihat sebagai jembatan antara generasi muda dan pemerintahan nasional.
Sinergi dengan presiden dan pemerintahan: Gibran menekankan bahwa peran wakil presiden adalah mendukung dan mem-back up Presiden, serta memastikan kesinambungan program dari pemerintahan sebelumnya.
Mengapa Ini Menarik untuk Dibaca dan Diliput?
Generasi muda sebagai simbol perubahan: Dengan usia yang relatif muda untuk jabatan tersebut, Gibran mewakili harapan terhadap pembaruan dan dinamika baru dalam pemerintahan.
Transisi pengusaha ke pemerintahan: Latar belakangnya sebagai pengusaha dan wali kota menjadikannya contoh lintas-karier yang menarik.
Konstelasi politik dan sosial: Gabungan antara populer, dinasti, dan tantangan pemerintahan ikut mewarnai narasi publik soal Gibran.
Tugas besar di depan mata: Pembangunan IKN, transformasi ekonomi, dan pemerataan pembangunan menjadi ujian nyata yang dapat mengukuhkan kredibilitasnya.
Gibran Rakabuming Raka kini berdiri di titik penting sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, membawa beban harapan generasi muda serta tantangan kompleks pemerintahan nasional.
Perjalanan dari pengusaha dan wali kota, hingga ke panggung nasional sebagai orang nomor dua di negeri ini, membuka babak baru dalam lanskap politik Indonesia. Bagaimana ia menavigasi ekspektasi, kritik, dan tugas besar di hadapannya akan menjadi sorotan bagi publik dan pengamat selama lima tahun masa jabatannya.
Jika berhasil menjalankan tugas dengan baik, ia bisa menjadi simbol perubahan dan inspirasi generasi berikutnya. Sebaliknya, jika terbentur hambatan birokrasi, politik atau integritas, narasi seputar “generasi muda” dan “dinasti” bisa berkembang menjadi kritik yang lebih tajam.
Baca juga: Mengenal Sosok B.J. Habibie: Presiden Visioner dan Ilmuwan Jenius Indonesia