Soeharto dan Perjuangan Bangsa: Teladan Kepemimpinan dalam Lintas Sejarah Indonesia
Wamena — Di tengah hiruk pikuk zaman yang serba cepat, kita diajak menengok kembali sosok yang mewarnai perjalanan bangsa Soeharto. Ia bukan sekadar mantan presiden, melainkan bagian dari kisah panjang perjuangan Indonesia yang penuh pengorbanan dan harapan. Dari barak perjuangan hingga ruang kepemimpinan nasional, langkahnya meninggalkan jejak pembelajaran tentang keteguhan, tanggung jawab, dan cinta tanah air. Menyambut Hari Pahlawan, marilah kita menatap sejarahnya dengan hati yang jernih, memetik nilai-nilai kepemimpinan yang tumbuh dari ketulusan dan pengabdian. Karena dari setiap lembar kisah perjuangan, selalu ada hikmah tentang bagaimana menjadi manusia yang berbuat bagi sesama dan bangsanya.
Baca juga: Mengenang Bung Tomo: Pahlawan 3 Oktober, Inspirasi Demokrasi
Masa Muda dan Bara Perjuangan Kemerdekaan
Soeharto muda adalah produk zaman perang. Lahir dalam suasana kolonial dan dibesarkan dalam gejolak revolusi, karakternya ditempa di medan tempur. Jiwa pejuangnya tak hanya terlihat dari lencana di seragam, tapi dari api semangat yang terus menyala untuk melihat Indonesia merdeka sepenuhnya, baik secara politik maupun ekonomi. Sebagai komandan militer, ia terlibat dalam berbagai operasi penting seperti Serangan Umum 1 Maret 1949, sebuah momen yang tidak hanya menunjukkan ketangguhan militer tetapi juga kecerdasan strategis.
Yang sering terlupa, di balik seragam militernya, tersimpan visi tentang Indonesia yang mandiri. Soeharto percaya bahwa perjuangan tidak berakhir dengan kemerdekaan, tetapi justru dimulai dari sana. Prinsip inilah yang nantinya membentuk gaya kepemimpinannya: tegas, visioner, dan penuh perhitungan.
Baca juga: Cut Nyak Dhien: Api Perlawanan yang Tak Kunjung Padam dari Tanah Rencong
Kepemimpinan Nasional: Membangun di Atas Puing-Puing
Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru adalah periode krusial. Soeharto mengambil alih tampuk kepemimpinan di tengah ekonomi yang morat-marit dan stabilitas politik yang goyah. Dengan langkah pasti, ia membangun fondasi ekonomi yang kokoh, mengajarkan pada kita tentang arti membangkitkan kembali harga diri bangsa yang sempat terpuruk. Keputusannya untuk fokus pada pembangunan ekonomi melalui Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) menunjukkan kemampuan membaca prioritas bangsa.
Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mengalami transformasi infrastruktur yang signifikan. Dari jalan raya hingga jaringan listrik, dari sekolah dasar hingga puskesmas—warisan fisik ini masih bisa kita rasakan hingga hari ini. Tapi lebih dari itu, yang patut dicatat adalah semangatnya yang tak kenal lelah untuk memajukan bangsa, meski dengan cara yang seringkali kontroversial.
Baca juga: Dari Medan Juang ke Demokrasi: Teladan Nasionalisme Prabowo
Keteladanan dalam Kesederhanaan dan Disiplin
Bercerita tentang keteladanan Soeharto tidak bisa lepas dari sikap disiplin dan kesederhanaannya. Meski memegang kekuasaan selama 32 tahun, gaya hidupnya tidak menunjukkan kemewahan yang berlebihan. Dalam kesederhanaannya tersimpan pelajaran berharga: bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang kemewahan, tapi tentang ketulusan dalam mengabdi pada rakyat dan tanah air. Ini adalah pelajaran berharga tentang integritas personal dalam kepemimpinan.
Kedisiplinannya dalam mengelola negara layaknya mengelola rumah tangga sendiri hemat, terencana, dan penuh tanggung jawab menjadi pelajaran tentang good governance. Dalam konteks kekinian, nilai-nilai ini sangat relevan untuk diteladani, terutama bagi para pemimpin muda Indonesia.
Baca juga: Kasman Singodimejo: Jembatan Persatuan dari Sumpah Pemuda hingga Dasar Negara
Refleksi Kritis: Belajar dari Sejarah untuk Demokrasi yang Lebih Baik
Tidak ada kepemimpinan yang sempurna, dan Soeharto punya bagian kelam yang tidak bisa diabaikan. Pada masa pemerintahannya, pembatasan kebebasan berpendapat, pembungkaman pers, serta pengawasan ketat terhadap organisasi politik dan masyarakat menjadi ciri kuat rezim Orde Baru. Sentralisasi kekuasaan membuat keputusan politik sering terpusat di tangan segelintir elite. Dugaan kasus pelanggaran HAM, peristiwa Tanjung Priok, dan penculikan aktivis menjelang kejatuhannya, menjadi catatan penting dalam perjalanan bangsa.
Namun dari sisi lain, pengalaman itu memberi pelajaran berharga tentang pentingnya check and balances dalam sistem demokrasi. Seperti dua sisi mata uang, kita diajak melihat dengan jernih: mengambil nilai-nilai positif dari kepemimpinannya, seperti ketegasan dan orientasi pembangunan, namun menjadikan sisi gelap kekuasaan yang terlalu lama dan tertutup sebagai peringatan agar sejarah serupa tidak terulang.
Di situlah nilai reflektif Soeharto bagi generasi kini. Memahami sosoknya secara utuh, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, membantu kita membangun demokrasi yang lebih matang. Sejarah bukan untuk dihapus, tetapi dipelajari sebagai panduan melangkah ke depan.
Baca juga: Keteladanan Jenderal Hoegeng: Cermin Kepemimpinan dan Nilai Demokrasi di Indonesia
Relevansi untuk Generasi Muda dan Masa Depan Indonesia
Untuk generasi muda yang lahir di era reformasi, figur Soeharto mungkin terasa asing. Tapi justru merekalah yang paling perlu memahami sejarah ini. Mereka adalah penerus estafet perjuangan bangsa, yang perlu belajar dari masa lalu untuk menatap masa depan dengan lebih bijak dan penuh optimisme. Dari Soeharto, kita belajar bahwa kepemimpinan yang efektif membutuhkan visi yang jelas, disiplin yang konsisten, dan komitmen pada pembangunan.
Dalam konteks Hari Pahlawan, refleksi tentang Soeharto mengingatkan kita bahwa pahlawan tidak selalu sempurna. Mereka adalah manusia dengan segala kompleksitasnya. Yang penting adalah kita mampu memetik nilai-nilai positifnya untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Baca juga : KH. Wahid Hasyim : Ulama, Negarawan, dan Pelopor Semangat Demokrasi Indonesia
Teladan yang Abadi dalam Lintasan Zaman
Soeharto telah pergi, tetapi warisan dan pelajarannya tetap hidup. Sebagai bagian dari sejarah Indonesia, ia mengajarkan kita tentang ketangguhan, visi pembangunan, dan pentingnya stabilitas nilai-nilai yang tetap relevan dalam demokrasi modern. Seperti pelita yang terus menerangi, nilai-nilai kepahlawanannya mengingatkan kita bahwa setiap zaman membutuhkan pahlawannya sendiri, dengan cara dan kontribusi yang berbeda-beda.
Di Hari Pahlawan ini, mari kita renungkan kembali makna kepahlawanan yang inklusif. Setiap era punya pahlawannya masing-masing, dan setiap pahlawan membawa pelajaran berharga untuk generasi penerus. Soeharto, dengan segala kontroversinya, tetaplah bagian dari mozaik besar perjalanan bangsa Indonesia.
Di tengah dinamika zaman yang serba cepat, kita diajak menengok kembali sosok yang mewarnai perjalanan bangsa Soeharto. Ia bukan sekadar mantan presiden, melainkan bagian dari kisah panjang perjuangan Indonesia. Dari barak perjuangan hingga ruang kepemimpinan nasional, langkahnya meninggalkan jejak pembelajaran tentang keteguhan dan tanggung jawab. Menyambut Hari Pahlawan, marilah kita menatap sejarahnya dengan hati yang jernih, memetik nilai-nilai kepemimpinan yang dapat menginspirasi generasi penerus untuk terus mengabdi bagi Indonesia.
- Academia.edu. 2017. Articulating the Memories of the Tanjung Priok Victims. Amnesty
- International. 2011. Tiada Keadilan bagi Aktivis Politik yang Diculik pada Tahun 1997–1998.
- ANTARA News. 2024. Sejarah dan Sepak Terjang Soeharto Sang Pemimpin Orde Baru.
- HM Soeharto Library. 2023. Kebijakan Ekonomi Era Orde Baru.
- Jurnal Rinontje. 2022. Peranan Soeharto dalam Membangun Perekonomian di Indonesia pada Masa Orde Baru (1966–1998).
- Kompas. 2022. Sejarah dan Keberhasilan yang Dicapai Orde Baru.