Artikel

Sura dan Sulu: Mengingat Kembali Maskot Resmi Pemilu 2024, Simbol Semangat Demokrasi Indonesia

Pemilu Serentak 2024 telah menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Salah satu elemen yang turut memberi warna dalam penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut adalah kehadiran Sura dan Sulu, maskot resmi yang diluncurkan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI). KPU Provinsi Papua Pegunungan mengajak untuk mengingat kembali makna dan semangat yang diusung oleh Sura dan Sulu—dua sosok yang menjadi simbol partisipasi rakyat, semangat kebersamaan, dan integritas dalam Pemilu. Makna Filosofis di Balik Sura dan Sulu Sura dan Sulu terinspirasi dari burung jalak bali, satwa endemik Indonesia yang melambangkan keindahan, kecerdasan, dan keharmonisan. Sura, berasal dari kata “Suara”, mewakili hak konstitusional setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam Pemilu.   Sulu, berasal dari kata “Pemilu”, mencerminkan semangat penyelenggaraan pesta demokrasi yang jujur dan berintegritas. Keduanya tampil dengan warna-warna nasional — merah, putih, biru, dan kuning — yang menggambarkan nasionalisme, profesionalisme, dan semangat persatuan bangsa Indonesia. Pesan Demokrasi dari Sura dan Sulu Melalui maskot ini, KPU RI ingin menanamkan nilai-nilai demokrasi yang kuat kepada masyarakat. Sura dan Sulu membawa pesan agar setiap pemilih: Menggunakan hak pilih dengan cerdas dan bertanggung jawab. Menolak politik uang dan hoaks dalam setiap tahapan Pemilu. Menjaga suasana damai dan persaudaraan selama proses demokrasi berlangsung. Pesan tersebut menjadi pengingat bahwa setiap suara rakyat memiliki makna besar bagi masa depan bangsa. Baca juga: Mengenang Bung Tomo: Pahlawan 3 Oktober, Inspirasi Demokrasi KPU Provinsi Papua Pegunungan dan Semangat Maskot Pemilu 2024 Selama tahapan Pemilu 2024, KPU Provinsi Papua Pegunungan turut menggaungkan semangat yang dibawa oleh Sura dan Sulu. Melalui kegiatan sosialisasi, pendidikan pemilih, dan pelibatan masyarakat, KPU Papua Pegunungan mendorong partisipasi aktif warga untuk ikut menentukan arah pembangunan bangsa melalui Pemilu yang jujur dan adil. Semangat Sura dan Sulu menjadi inspirasi bagi penyelenggara dan masyarakat Papua Pegunungan untuk terus menjaga nilai LUBER JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil) dalam setiap proses demokrasi. Dengan mengingat kembali Sura dan Sulu, kita tidak hanya mengenang maskot Pemilu 2024, tetapi juga meneguhkan kembali komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi Indonesia. Sura dan Sulu mengajarkan bahwa demokrasi bukan sekadar proses memilih, tetapi juga perwujudan tanggung jawab bersama untuk menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa. Mari terus rawat semangat itu demi masa depan demokrasi Indonesia yang semakin kuat dan bermartabat. Pemilih Berdaulat, Negara Kuat.  

Suku Dani: Suku Tertua di Lembah Baliem yang Masih Lestarikan Tradisi Leluhur

Wamena — Provinsi Papua Pegunungan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Tengah Pegunungan Papua. Tidak hanya menawarkan beragam keindahan alam dan budaya namun juga keanekaragaman suku yang mendiami kawasan tersebut. Salah satu suku tertua yang menghuni wilayah tersebut yaitu Suku Dani. Suku Dani dikenal sebagai salah satu suku tertua yang mendiami Lembah Baliem, wilayah yang terletak di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. Suku tersebut Hidup di dataran tinggi dengan alam yang subur, masyarakat Dani telah menjaga dan mempertahankan tradisi nenek moyang mereka selama berabad-abad. Hingga kini, kehidupan mereka tetap sarat dengan nilai budaya, kearifan lokal, dan filosofi hidup yang kuat terhadap alam dan menghargai warisan leluhur yang mereka percayakan. Asal Usul dan Sejarah Suku Dani Secara historis, Suku Dani dipercaya telah mendiami Lembah Baliem sejak ribuan tahun lalu. Para peneliti antropologi menyebutkan bahwa mereka adalah salah satu suku tertua di Papua yang telah berkembang secara mandiri tanpa banyak pengaruh luar hingga pertengahan abad ke-20. Peradaban Suku Dani pertama kali dikenal dunia pada tahun 1938, ketika ekspedisi Richard Archbold dari Amerika Serikat menemukan kehidupan masyarakat di lembah yang luas dan subur ini. Ciri Khas dan Kebudayaan yang Masih Terjaga Suku Dani memiliki beragam tradisi unik yang mencerminkan kekayaan budaya Papua. Salah satu yang paling terkenal adalah Honai, rumah tradisional berbentuk bundar yang terbuat dari jerami dan kayu. Honai menjadi simbol kebersamaan, kehangatan, dan perlindungan dari cuaca dingin pegunungan. Selain itu, upacara bakar batu menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial mereka. Ritual ini dilakukan untuk merayakan peristiwa besar seperti pernikahan, kelahiran, atau perdamaian antar-suku. Tradisi ini menggambarkan semangat gotong royong dan solidaritas yang tinggi antaranggota masyarakat Dani. Baca juga: Festival Budaya Lembah Baliem: Sejarah, Lokasi, dan Tujuannya dalam Melestarikan Budaya Papua Pegunungan Filosofi Hidup dan Nilai Sosial Filosofi hidup Suku Dani sangat erat kaitannya dengan alam. Mereka memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, menjaga keseimbangan ekosistem, serta menjunjung tinggi nilai kejujuran, kerja keras, dan kebersamaan. Dalam kehidupan sehari-hari, laki-laki Dani dikenal sebagai petani tangguh yang menanam ubi jalar sebagai makanan pokok, sementara perempuan berperan penting dalam mengurus keluarga dan menjaga ekonomi rumah tangga. Suku Dani di Era Modern Meski arus modernisasi mulai masuk ke wilayah Papua Pegunungan, Suku Dani tetap berupaya menjaga identitas dan budaya mereka. Pemerintah daerah dan berbagai lembaga budaya kini turut mendukung pelestarian tradisi melalui Festival Budaya Lembah Baliem, yang digelar setiap tahun. Festival ini menjadi ajang internasional untuk memperkenalkan kekayaan budaya Suku Dani dan semangat perdamaian yang mereka junjung tinggi.